Thursday 31 December 2015

Apa perbedaan light Novel , web Novel dan fanfict?

Kamu sering membaca komik? Light Novel? Web Novel barang kali? atau hanya sekedar Fanfict? apapun yang kamu baca tapi sudahkan kamu tau arti dari semua hal diatas? bagi yang belum mengerti atau masih bingun dengan semua istilah itu?

Untuk penjelasan Light Novel Berikut ini saya COPY PASTE kan tulisan seorang admin digrug Light Novel Indonesia Evolution (LiNE)

Light Novel (Raito noberu / Ranobe)  termasuk kata dalam kategori wasei-eigo, istilah dalam bahasa Jepang yang meminjam kosakata Bahasa Inggris. Yaitu menggabungkan kata 'Light' dan 'Novel'.Light Novel juga terkadang disebut sebagai karya sastra ringan. Begitulah.

Genre Novel, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua.

1. Elemen yang dibentuk dalam novel tersebut. Seperti : SF, Fantasy, Mistery, School, dll

2. Sasaran pembaca : Anak-anak, Remaja, Perempuan, dll.

Sasaran pembaca Light Novel, adalah anak SMP dan SMA. Meskipun akhir-akhir ini juga ada pembaca yang berumur 40 tahun juga.

Menurut Enomoto Aki (2008 : 8), Light Novel adalah Novel yang mudah dibaca dan ditargetkan untuk pembaca SMP sampai SMA.

Sedangkan dalam Raito Noberu Kanzen Yomihon (Buku bacaan sempurna Light Novel: 2007),
dijelaskan bahwa Light Novel adalah novel dengan ilustrasi bergaya anime. Dari situ dapat disimpulkan bahwa,Light
Novel merupakan sebuah jenis novel ringan yang ditujukan kepada remaja disertai dengan ilustrasi yang mirip dengan manga atau anime.

Dalam Raito Noberu Bungakuron dan Raito Noberu Kenkyuu Jousetsu, keduanya menonjolkan bahwa cerita bukan hanya daya tarik Light Novel, tetapi juga ilustrasinya.

Kekuatan ilustrasi yang beraliran anime dan manga ini bisa membuat suatu Light Novelpopuler. Hanya karena seorang ilustrator terkenal,menggambar ilustrasi untuk satu Light Novel, Light Novel tersebut bisa laku keras di kalangan pembaca. Hal ini disebut dengan membeli ilustrasi (Enomoto, 2008: 75)

Keberadaan ilustrasi adalah hal yang sangat penting dalam Light Novel. Ilustrasi dapat membuat suatu karakter mudah untuk dimengerti karena dideskripsikan dengan gambar. Ilustrasi akan memudahkan pembaca mengerti situasi dengan melihat gambarnya saja. Itu adalah kelebihan yang ada dalam ilustrasi light novel.

Light Novel disebut juga sebagai Kyarakutaa Shousetsu, yaitu novel yang lebih menitikberatkan pada karakter dibandingkan cerita. Karakter dalam cerita lebih ditonjolkan daripada cerita dalam novel. Karena Light Novel menggunakan ilustrasi untuk menjelaskan tampilan fisik karakter, pembaca akan lebih cepat mendapat gambar dari seorang tokoh.

Dibandingkan cerita, yang menjadi satuan paling dasar adalah karakter (Azuma, 2007: 39). Berarti karakter adalah objek yang harus dibentuk terlebih dahulu untuk membentuk suatu Light Novel.

Aturan dalam pembuatan Light Novel sendiri, sulit untuk dijelaskan. Akan tetapi dapat diuraikan sebagi berikut :

1. Sasaran Light Novel adalah remaja. Paragraph yang panjang akan membuat remaja enggan membaca novel. Apalagi halaman buku yang tebal.

2. Jumlah kalimat percakapan jauh lebih banyak dibandingkan novel pada umumnya.

3. Karakter menjadi titik berat dari Light Novel.

4. Adanya gambar ilustrasi yang bergaya manga atau anime.

Akan tetapi, walaupun tidak adanya gambar berilustrasi anime, bukunya tebal, ada juga pembaca yang menggolongkan Novel Haryy Potter sebagai Light Novel. Hal ini dikarenakan Karakter 'Harry Potter' merupakan titik berat dari Novel tersebut, dan sasaran pembacanya pun anak SMA.

Nah…dalam definisi ini saya lihat ada yang bersifat terkait langsung dengan asal kata ‘Light’ dalam Light Novel dan ada yang tidak. Berikut pembagiannya :

A. Hal yang terkait langsung dan esensial. 
1. Narasi pendek
Yang ini saya setuju terkait langsung dengan kata ‘ringan’ dari Light Novel dan menjadi esensinya yang utama. Ditandai dengan jumlah kalimat dalam satu paragraf yang tidak terlalu banyak (rata-rata tiga, kadang boleh empat atau maksimal lima kalimat tapi kalimatnya pendek) dan digerakkan oleh dialog yang banyak. Kenapa? Ingat kondisi sosial Jepang. Mereka menjunjung budaya kerja yang tinggi dan jadwal mereka sibuk sekali, baik yang bekerja maupun masih sekolah. Nah, anak-anak SMP dan SMA (target pembaca LN yg utama) yang sibuk dan (karena sibuk itu kebanyakan) rentang perhatiannya pendek, sehingga sebisa mungkin mereka harus bisa menamatkan LN yg dibaca di sela-sela jadwal yang mencekik. Paragraf yang panjang itu membosankan dan butuh waktu mencernanya sehingga kurang cocok dengan target pembaca anak sekolah. Narasi pendek ini terlihat misalnya dalam SAO dan Oregairu.

Nah….satu poin di ataslah yang saya anggap terkait langsung dengan asal kata ‘ringan’ dalam Light Novel, dan esensial. Poin-poinnya saya rasa opsional dan jika ada penulis Indonesia yang ignin menulis LN maka poin-poin ini boleh disesuaikan. Poin-poin lainnya seperti ‘dijadikan cerbung dulu’ atau ‘jadwal penerbitan padat’ bisa diabaikan karena alasan yang jelas. Tentu ada alasannya, dan berikut penjabarannya: 
1. Ukuran buku yang kecil. 
Alasan opsional : Masih terkait dengan kesibukan anak SMP dan SMA tadi, sehingga LN sebaiknya memiliki ukuran yang gampang dibawa sehingga bisa dibaca dimana-mana, baik itu di kereta, di jam istirahat pelajaran, di rumah sebelum mengerjakan PR, di toilet, dll. Intinya sebisa mungkin tidak mengganggu kesibukan mereka. Cara menyiasati agar gampang dibawa kemana-mana ya salah satunya dengan mengecilkan ukuran Light Novel itu tadi atau dibuat tipis tapi lebar. 
Jika ingin menulis LN di Indonesia : ini opsional saja. Kita orang Indonesia (relatif) tidak sibuk (secara rata-rata nasional dan budaya ya, saya tahu kok ada juga yang on-time di Indonesia) dibandingkan orang Jepang. Kalo mau nulis LN ya boleh dibuat kecil-kecil ukuran saku atau tipis tapi lebar. Tapi ingat, kita gak sesibuk orang Jepang. Kita masih suka baca novel dalam suasana yang santai. Lagipula ukuran novel biasa lebih familiar sehingga jika menerbitkan novel LN dalam ukuran novel biasa pun boleh saja, tidak terlalu berpengaruh. Saya pernah lihat kok LN di toko buku G, LN yg pake ukuran kecil-kecil itu. Nyelip di rak sudut, di sudut bawah baris lagi, gak rapi lagi. Coba pake format normal, pasti gak segitu di anak-tirikannya. 
Kesimpulan : boleh format normal, ukuran saku, atau tipis tapi lebar. Kalau di Indonesia disarankan format normal saja agar tidak dianaktirikan pembaca umum.

2. Panjang halaman Definisi populer soal panjang naskah LN yaitu 40.000-50.000 kata, atau sekitar 100 halaman. Namun ini opsional juga.
Alasan kenapa opsional : tujuan nomor halaman yang sedikit ini pada awalnya biar ukuran bukunya bisa tetap kecil (kalau pakai ukuran saku) atau tipis (kalau pakai format tipis tapi lebar) sehingga bisa diselipin di tas sekolah dan gak berat dibawa kemana-mana. Tapi ini gak mutlak sama sekali. Sejak kepopuleran LN meroket dan sering dijadikan material anime, asal kualitasnya bagus panjang halaman tidak lagi menjadi masalah utama, lebih sedikit dari 200 halaman pun boleh. Misalnya ya SAO, Baccano!, apalagi Oregairu.
Jika ingin menulis LN di Indonesia : panjang halaman yang agak lebih dari 100 halaman masih sah disebut LN, namun jangan jauh melebihi 200 halaman. Kesimpulan : panjang halaman ideal LN ada antara 100 sampai 200 halaman.
3. Diksi sederhana
Alasan kenapa opsional : saya rasa sudah jelas, diksi diusahakan mudah dicerna oleh kalangan dewasa muda, sehingga sebisa mungkin dibuat ‘sederhana’ namun tidak murahan. Dan perlu diingat, karya sastra yang jadi best-seller selalu punya ‘nilai lebih’ pada dirinya, baik itu LN atau genre lain. Lihat Oregairu, diksinya dalam dan pembahasannya bukan hanya soal percintaan remaja, namun sampai kepada kasta sosial dan trauma emosional. Atau Certain Medical Index, dimana minimal penulisnya memiliki pemahaman dasar soal fisika. Jika ingin menulis LN di Indonesia : anggap begini … ada ‘standar minimal’ soal kualitas diksi. Kalau diksi ada di bawah standar ini, mau dibaca aja malas. Kalau ada di atas standar ini, terlepas dari gaya bahasa si penulis dan genre tulisannya, pembaca secara umum bakal senang membacanya. Pembaca tidak bodoh.
Kesimpulan : lewatilah ‘standar minimal’ pemilihan diksi yang menohok dalam menulis LN.

4. Ada ilustrasi bergaya manga
Alasan kenapa opsional : kalau poin yang ini tergantung seting LN itu sendiri. Jika setingnya di Jepang ya otomatis ilustrasinya bergaya manga (komik Jepang). 
Jika ingin menulis LN di Indonesia : kalau seting LN anda di Indonesia, ya otomatis lebih cocok menggunakan gaya gambar komik Indonesia. Ilustratornya bisa dipakai komikus-komikus Indonesia. Nyarinya dimana? Salah satunya ya di situs upload komikus Indonesia. Lihat yang hot/banyak dibaca, biasanya kualitas komikusnya udah di atas rata-rata. Saat dulu iseng-iseng mencari ilustrator saya menemukan salah satu yang bagus, namanya Alex Irzaqi (tekniknya di atas rata-rata, pacing-nya bagus, dan rentang emosi karyanya luas). Dan satu lagi…katanya LN itu identik dengan ilustrasi moe (imut). Mungkin itu memang berhasil…kalau di Jepang. Di Indonesia dimana aspek spesifik sub-kultur manga tidaklah populer, ilustrasi ala moe bisa-bisa malah menimbulkan kesan ‘picisan’ di benak pembaca. “Ih…sampulnya aja kayak buat anak-anak gini, sok imut…isinya pasti gak beres ni,” begitu pikir pembaca Indonesia pada umumnya. Apalagi kalau genre LN anda adalah action dan nuansanya garang (misalnya), tentu kurang tepat diberi ilustrasi moe. Ingat, sekali lagi : ini Indonesia bukan Jepang. Adaptasi adalah perlu. 
Kesimpulan : sesuaikan gaya ilustrasi dengan konten dan seting LN anda. Bijaklah melakukan adaptasi sesuai situasi. Ilustrasi tidak harus moe. 
5. Narasi bernuansa manga
Alasan kenapa opsional : kalau yang ini masalah nuansa, yang juga perlu dilakukan lokalisasi atau penyesuaian dengan area pemasaran LN itu sendiri. Misalnya begini…di Oregairu ada adegan Hachiman membayangkan kerahnya ditarik kuat ke atas oleh Sensei cewek yang galak itu, sehingga dia seperti anak kucing yang ditarik tengkuknya ke atas (tidak berdaya). Ini yang disebut ala manga. Yang sering baca manga pasti ngerti maksud saya. 
Jika ingin menulis LN di Indonesia : fungsi narasi ala manga di LN ala Jepang kebanyakan untuk memberi unsur komedi, jadi otomatis kalau seting LN anda di Indonesia (atau mau dipasarkan di Indonesia) lebih cocok digunakan komedi yang dimengerti orang-orang Indonesia. Hindari menggunakan istilah yang hanya dimengerti penggemar berat anime atau manga. 
Kesimpulan : sesuaikanlah unsur komedi (atau aspek lain dari narasi LN anda) berdasarkan situasi.
Kesalahpahaman Mengenai LN Berikutnya kita masuki kesalah pahaman besar dari mereka yang menulis LN. Kesalahpahaman ini begitu mengganggu sehingga saya tidak dapat menahan diri dari menuliskannya.
Kesalahpahaman ini berakar dari pola pikir menyepelekan LN. Berikut lebih jelasnya penyepelean yang mereka lakukan :

Diksi dan Tata Bahasa.
Sering saya lihat tulisan di komentar yang berkata,”Tapi ini kan LN…bahasanya gak perlu rumit-rumit lah senpai. Toh buat hiburan.” Kata-kata ini mengindikasikan bahwa si penulis menulis LN bukan karena minat, melainkan karena di matanya LN itu gampangan dan picisan. Gak perlu kaidah tata bahasa. Gak perlu kualitas. Boleh asal buat. Suka-suka gue dong mau nulis gak nurutin kaidah. SALAH BESAR.

Terlepas dari LN atau tidak, kualitas tetap harus dijaga. Ada standar minimal yang perlu dilalui atau dimiliki oleh sebuah LN. Paling dasar sekali soal kaidah penulisan, misalnya penggunaan tanda baca seperti tanda petik, penggunaan huruf kapital, penggunaan ‘di’ apakah sebagai awalan atau kata depan…daftarnya begitu panjang. Sering saya amati bahwa ketidaktahuan ini lebih dikarenakan kemalasan berusaha mencari tahu. Soal kaidah penulisan kan bisa dicari di Google, atau yang lebih mudah : beli aja satu novel yang diterbitkan penerbit besar yang diakui jarang error soal tata bahasa. Gak perlu diajari juga dengan mengamati novel itu kita bisa tahu (misalnya) kapan tanda petik akhir dibarengi koma atau titik, dan sebagainya.

Ini dikit-dikit nanya di grup…kalau soal yang rumit bolehlah.

Usaha dikit kenapa? Itu naskahmu, bukan naskah anggota grup lain. Ada batas antara minta bantuan dan malas. Bedakanlah batas itu.

Daya analisis itu dipake dong, jangan dibiarkan nganggur.
Saat pertama kali membaca petikan naskah yg di pos di grup ini (prolog atau lanjutan chapter), yang pertama saya lihat adalah kaidah penulisannya, isinya soal berikutnya. Kapital beres atau tidak. Tanda petik beres atau tidak.

Kenapa? Karena itu adalah aspek dasar.

Menuliskan itu dengan benar berarti si penulis menunjukkan penghormatan pada LN (atau fiksi secara umum), yang ditunjukkan dengan penulisan kaidah yang benar, dan saya sebagai pembaca juga akan membalas penghormatan itu dengan membaca karya tersebut dengan semangat.
Kalau salahnya sedikit atau satu-dua ya wajar, manusia, ada human error. La ini? Hampir keseluruhan naskah kaidah tanda baca atau kaidah penulisan lain aja gak beres…tampilan naskahnya menyaingi ketikan sms anak-anak alay. Gimana mau menghormati dan semangat bacanya coba.

Sadarilah bahwa mau itu LN atau novel lain, kualitas harus dijaga. Jangan jadikan format LN sebagai alasan buat ketidakmampuanmu. Jangan jadikan LN sebagai pelarian.



Sumber Pustaka

Katou, Haruhiro. 2011. Rainoberu Ron. Penerbit : Tidak diterbitkan 

Prabowo, Radityo Adhi. 2012. Analisis Anime Mangateki Realism dalam Light Novel Boku wa Tomodachi ga Sukunai. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Program Studi Jepang. Depok. Penerbit : Tidak diterbitkan

Hashimoto, Shihoko. Raitonoberu tekibonshou no Keiryoutekibunseki

Kadokawa Annual Report 2012

Website




Bagaimana? sudah sedikit mendapat gambaran  tentang apa itu Light Novel, lalu web novel itu apa? Secara singkat webnovel adalah Novel yang di posting di internet bisa berupa Light novel, Fanfict Novel atau Novel biasa. Sementara itu Fanfict adalah karangan para Penggemar tentang sebuah anime, manga, atau lighnovel, isi ceritanya berkaitan dengan karya yang sudah diterbitkan. Kalau Fanfict Novel sendiri hampir sama dengan Fanfict bedanya dalam fanfict novel ceritanya lebih panjang, alurnya dari awal dengan latar belakang masa lalu atau masa depan dunia sebuah novel. Fanfict Novel biasanya akan membuat karakter-karakter baru dan cerita yang baru dibandingkan fanfict biasa yang menggunakan karakter seadanya. See you the next time.. tertanda Jeff[D]Kid.

2 comments:

  1. Hmm jadi kepikiran mau coba tulis LN. Karena saya dari dulu pingin bikin manga tapi gak bisa konsisten gambar terus sambil mikir plot haha!

    Tapi masih dalam tahap cari inspirasi dan lihat diksi diksi dan gaya penulisan terjemahan LN versi inggris dulu~

    Salken ya gan..

    ReplyDelete
  2. kalo gw nulis light novel , terus mau diterbitkan cocok di penerbit mana
    ya?

    ReplyDelete